Selasa, 12 Juli 2011

Berdagang- Usaha Jamur

dimulai dari program mahasiswa wirausaha yang secara tidak sengaja saya dapat informasinya dari teman, program mahasiswa wirausaha (PMW) ini merupakan program yang dirancang untuk mendanai dan melatih calon wirausaha muda khususnya mahasiswa. program ini memberikan bantuan dana bagi mahasiswa atau kelompok mahasiswa yang diseleksi melalui draf proposal yang mereka masukkan.

saya dan 2 orang teman saya memasukkan proposal yang berjudul Budidaya jamur tiram, kami melalui beberapa tahap seleksi mulai dari seleksi berkas, bisnis plan, sampai tes wawancara. akhirnya kelompok kami berhasil meloloskan proposal, dengan dana 12, 5 juta rupiah.

sebelum melalui tahap wawancara, ada tahap magang yang sebelumnya dilaksanakan, magang ini dilaksanakan di tempat usaha budidaya jamur di kabupaten sinjai, kecamatan sinjai borong. disana kami magang selama sebulan, kami tinggal di rumah kepala desa yang bernama pak ali hasan. (to be continued)

Rabu, 29 Juni 2011

Seorang Muslim Menghadapi Krisis

“Dan sungguh Kami akan menguji kamu sekalian dengan rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa, dan kekurangan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar“

(Q.S. al-Baqarah [2]: 154)

Krisis keuangan global (global finance crisis) yang terjadi pada akhir tahun 2008 sesungguhnya bukan sesuatu yang mengejutkan, baik bagi para analisis ekonomi dunia. Menurut Hendri Saparini, Ph.D, dalam International Conference of Islamic Economic System (ICIES) di Jogja Expo Centre (JEC) pada tanggal 27-28 Desember 2008, krisis yang menelan Lehman Brother sebagai salah satu korban ini telah jauh-jauh hari diprediksi bakal terjadi oleh berbagai ekonom.

Prediksi ini tentu didasarkan pada kesimpulan dari berbagai analisa terhadap kecenderungan variabel-variabel ekonomi yang mengarah pada krisis. Dan bagi seorang muslim, di samping memang meyakini bahwa krisis ini jelas-jelas ‘dibiangi’ oleh ulah jahat ekonomi kapitalisme, kondisi krisis ini akan dihadapi dengan sikap siap siaga dan tentu saja kesabaran serta tetap bersyukur. Pertimbangannya cukup jelas; umat Islam mempunyai pegangan Alqur’an sebagai pedoman. Allah SWT jauh-jauh hari telah mewanti-wanti umat Islam, agar menyiapkan stamina keimanan dan kesabaran, untuk menghadapi suatu keadaan dimana rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, dan seterusnya sebagaimana ayat di atas.

Kalimat “dan sungguh kami akan menguji kamu sekalian” dalam lafazh Alqur’an-nya adalah وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ. Dalam lafazh tersebut terdapat huruf nun yang bersyaddah dan huruh laa. Dalam kaidah tata bahasa Arab, dua huruf tersebut memberikan arti “sungguh/ pasti terjadi” pada fi’il (kata kerja) yang diimbuhinya. Oleh karena itu krisis yang telah disinyalir oleh Allah tersebut di atas pasti terjadi. Apalagi memakai huruf ganda. Berarti krisis yang dimaksud sama sekali pasti terjadi. Dan bagi seorang muslim, keadaan seperti ini tidaklah berarti bencana tetapi menjadi sebuah peluang untuk meningkatkan kualitas keimanan.

Ayat di atas menginformasikan bahwa berbagai kondisi sulit-menjepit tersebut di atas sesungguhnya merupakan ujian. Ujian yang akan menjadi ajang pembuktian; apakah dengan ujian tersebut seorang muslim akan meningkat keimanannya atau sebaliknya. Setiap muslim sangat pasti melalui ujian ini. Karena, bagaimana mungkin seorang siswa akan naik kelas jika dia tidak terlebih dahulu menjalani sebuah ujian. Begitu juga dengan keimanan seseorang. Oleh karena itu, setelah ujian ini berakhir, ada seorang muslim yang keimanannya naik tingkatan dan ada yang sebaliknya.

***

Krisis keuangan global di atas telah sangat berdampak pada perekonomian Indonesia. Satu hal yang paling kentara adalah maraknya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) massal yang dilakukan oleh berbagai perusahaan-peruhaan yang mempunyai pasar di kawasan Eropa dan Amerika. Data terbaru adalah yang diberitakan Koran Tempo (03/04/2009). Sekitar 9.260 karyawan mengalami PHK dan 8.617 dirumahkan dari 81 perusahaan di 19 kabuapten di Jawa Tengah. Hal ini terjadi karena negara-negara konsumen komoditas di wilayah Eropa dan Amerika telah menghentikan transaksi akibat krisis tersebut. Dampaknya, akan terjadi penambahan pengangguran besar-besaran di Indonesia. Inilah yang dimaksud al Baqarah [2] ayat 154 sebagai salah satu bentuk “kekurangan harta”. Ayat tersebut sesungguhnya memberikan kesan efek domino dalam kehidupan. Semua rentetan bentuk krisis yang ada dalam ayat tersebut saling berhubungan dan berakibat satu sama lain. Kekurangan harta akan berefek pada kelaparan. Selanjutnya akan terjadi kekurangan jiwa (baca: kematian) dan menimbulkan ketakutan-ketakutan terhadap kondisi yang mengerikan tersebut.

Dalam surat al Insyirah [110] ayat 5-6, Allah berfirman:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٤)إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا(٥ )

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (5) Sesungguhnya bersama kesulitan itu kemudahan (6)“

Ada dua perspektif yang bisa digunakan untuk memandang dua ayat kembar ini. Pertama, pandangan yang diterima secara umum bahwa setelah kesulitan yang kita alami maka akan ada berbagai kemudahan yang datang. Satu kesulitan dan berbagai kemudahan. Secara tata kebahasaan, kata الْعُسْر dalam bahasa Arab, karena ber-alif lam, dikenal dengan istilah ma’rifah atau khusus, menunjukkan pada sesuatu yang spesifik. Partikel alif lam dalam kata الْعُسْر sama dengan partikel the dalam bahasa Inggris. Sedangkan kata يُسْرًا termasuk kategori nakiroh (kebalikan ma’rifah) karena ber-alif lam sehingga bermakna umum; mencakup semua kemudahan. Oleh karena itu, pandangan pertama ini berkesimpulan bahwa kita hanya akan menemui satu saja kesulitan dan akan menemui berbagai kemudahan setelah melalui kesulitan tersebut. Kedua, pandangan yang lebih kontekstual tetapi berpegang pada makna zhahir ayat tersebut.

Dalam ayat tersebut sesungguhnya ada kata مَعَ yang berarti bersama; bukan kata بَعْدَ sehingga diterjemahkan “setelah”. Maka pandangan ini memaknai ayat tersebut bahwa suatu kondisi itu mempunyai potensi kesulitan dan kemudahan secara bersamaan. Yang membedakan adalah keyakinan kita pada Allah SWT bahwa setiap kondisi yang harus mampu menjadi ajang untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya.

Inilah yang terkenal dalam teori pembelajaran hidup bahwa perbedaan orang sukses dan gagal adalah cara pandangnya dalam melihat duduk persoalan. Bagi orang sukses, masalah yang ada dianggap sebagai peluang dan tantangan untuk meningkatkan kemampuan diri. Sedangkan orang gagal memandanganya sebagai hambatan. Kedua pandangan ini tentu tidak kontradiktif sehingga saling menafikan kebenaran satu sama lain bahkan saling melengkapi. Keduanya adalah ‘wejangan’ dari Allah SWT untuk menghadapi krisis.

***

Alqur`an menginformasikan bahwa kita, umat Islam, adalah umat yang terbaik (Q.S. Ali Imran [3]: 110). Pihak lain menghadapi krisis ini dengan ‘menambal-sulam’ sistem yang nyata-nyata destrukif (baca: kapitalisme). Umat Islam mempunyai konsep genuine untuk mengelola perekonomian (baca: ekonomi Islam). Di samping itu, kita memiliki spiritualitas dan metalitas untuk menghadapi kondisi sesulit apapun dengan positif. Sikap positif tersebut terwujud dengan tetap mensyukuri (menggunakan seefisien dan seefektif mungkin) apa yang ada, bersabar (bertahan dalam batas-batas agama kendati kebutuhan terus mengejar), dan yakin bahwa Allah pasti akan mengganjar sikap tersebut dengan rahmat-Nya, di dunia dan di akhirat. Untuk mengakhiri risalah ini, menarik untuk kita renungkan apa yang disampaikan oleh K.H. Abdullah Gymnastiar. Bahwa yang menjadi masalah bukanlah masalah itu sendiri tetapi sikap kita dalam menghadapi masalah tersebut.

“(Yaitu) orang-orang yang apabila musibah menimpa mereka, mereka berkata,” Sesungguhnya kami (ini) milik Allah dan sesungguhnya (hanya) kepada-Nya lah kami akan kembali” (Q.S. al-Baqarah [2]: 155).

Walllaahu a’lam bishshawwaab.

Imam Sofyan Abbas

Penggiat Aufklarung Studies

Copied by L-KMPI (Lesehan-Komunitas Mahasiswa Persatuan Islam) Yogyakarta

Skala Respek Diri (metode EsRa)

SKALA RESPEK DIRI
Oleh : Dr. Arlina Gunarya

Skala respek diri yang merupakan skala perbandingan antara sikap respek terhadap diri kita yang di tuangkan dalam suatu metode yang disebut Esra (Self Responsibility). Metode saya dapatkan ketika mengikuti pelatihan menghadapi dunia kerja yang diadakan oleh Job Plecement Centre Universitas Hasanuddin.

RANGE SKALA KETERANGAN RESPEK DIRI
100 Perfect, Pribadi yang sempurna
90 Motivator, Beraktualisasi, Dapat menginspirasi orang
80 Aktif secara sosial tetapi bukan orang yang dapat menginspirasi
70 Bukan Pemimpin hanya follower
60 Dapat menjaga diri untuk tidak bersalah
50 Sibuk sendiri
40 Selalu mengeluh
30 Suka berbohong, sulit diandalkan
20 Kriminal kecil-kecilan
10 Kriminal Besar-besaran
0 Brutal
Keterangan: anda dapat mengetahui seberapa respek anda terhadap diri anda dengan melihat table diatas, misalnya anda orang yang kesehariannya suka mengeluh, ini berarti anda berada pada skala 40. Pada saat sesorang mengalami perbaikan respek diri pada beberapa saat, ini hanya akan menambah atau mengurangi skala respek diri anda pada kisaran 15 poin, oleh karena itu jadilah orang yang kesehariannya (baca, kebiasaan) ialah orang yang memiliki range 90 karena jika anda berada pada tiik terndah dalam hidup anda, kemungkinan penurunan range hanya berada pada skla 70 (contoh). Sekian dan terima kasih, terkhusus buat bu Arlina Gunarya yang telah memberikan motivasi dan membukaan pikiran kami. Assalamu alaikum.

Senin, 27 Juni 2011

Foto Rappeling Labaco





foto ini di ambil tanggal 26 juni 2011 tempat laboratorium DAS hutan pendidikan universitas hasanuddin makassar...
dalam foto ini kiri-kanan (ikrar ferdiansyah,  penulis, fendi saputra, fandi kardianto dan hasanul satrio utomo) 

Jumat, 24 Juni 2011

Tawakkal

“Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan . Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”

Pentingnya Sikap Tawakkal Diantara ciri-ciri kokohnya keimanan seseorang kepada Allah swt adl sikap pasrahnya yg kuat kepada keputusan Allah swt dalam segala urusan hidupnya baik dikala senang ataupun diwaktu susah. Ia yakin bahkan Allah swt Maha Pengatur Maha Kuasa dan Maha Bijaksana dalam melakukan dan menentukan apa saja termasuk dalam hal memberikan rizki kepada seseorang ataupun mencabutnya memberikan kemenangan kepada sesuatu golongan atau menimpakan kekalahan kepadanya mengangkat seseorang utk menduduki sesuatu jabatan atau mencopotnya dan menjatuhkannya.

Sikap seorang muslim yg pasrah terhadap keputusan dan ketentuan Allah swt seperti ini adl merupakan sikap tawakkal.

Tawakkal merupakan bekal hidup seseorang yg beriman yg bisa menjadikan dirinya tabah dalam menghadapi apapun bentuk cobaan atau musibah yg menimpanya. Dengan sikap tawakkal seorang mukmin akan merasa tenang dalam hidupnya. Bila ia mendapatkan kebaikan ia sadar bahwa Allah-lah yg memberinya utk itu ia bersyukur. Bila ditimpa kesulitan atau mengalami musibah ia sadar bahwa itu datang dari Allah sebagai batu ujian dan ia yakin bahwa dibalik kesulitan dan musibah itu pasti ada hikmah dan kemaslahatan yg dikehendaki oleh-Nya. Untuk itu ia akan bersabar dan bertawakal

Seorang mukmin dalam situasi apapun dan bagaimanpun kritisnya ia akan tetap percaya akan kemahkuasaan Allah swt. Ia akan memohon pertolongan-Nya maka dirinya akan tentram jiwanya tenang sikapnya tabah. Segala sepak terjangnya hanya bersandar kepada Allah swt. Sebab tanpa pertolongan Allah swt tindakan apapun yg dilakukan sistem apapun yg dijalankan strategi apapun yg diterapkan tak akan banyak artinya meskipun dikemas dgn rapi dan teratur. Untuk itulah Allah swt senantiasa memperingatkan orang beriman utk jangan terpukau dgn kekayaan kepintaran kecerdasan kekuasaan krn semua itu tidak akan banyak berpengaruh bila tidak ada pertolongan atau bantuan dari Allah swt

Bukan Sikap Menyerah Tanpa Usaha Tawakkal itu bukan sikap menyerah atau pasrah atau bersikap masa bodoh atau berpangku tangan tanpa berusaha dan bekerja dgn keras. Tawakkal adl usaha maksimal seorang mukmin sambil yakin akan adanya pertolongan Allah swt . Tertinggalnya posisi umat Islam dewasa ini bila dibandingkan dgn umat lainnya baik dalam percaturan perpolitikan secara makro dan berskala international ataupun disektor perekonomian dan dibidang disiplin ilmu dan teknologi tak lain krn kekeliruan sebagian kaum muslimin dalam menyikapi dan memahami arti tawakkal. Mereka menganggap bahwa tawakkal ialah sikap masa bodoh dan pasrah sepenuhnya kepada Allah swt tanpa adanya usaha maksimal tanpa berjuang tanpa bekerja keras. Mereka menyalah artikan konteks hadist Nabi saw yg berbunyi

“Jika kamu bertawakkal kepada Allah dgn sepenuh tawakkal maka Dia pasti akan memberimu rizki sebagaimana Dia memberi rizki kepada seekor burung ia pergi meninggalkan sarangnya dalam keadaan kosong dan pulang kembali kesarangnya dalam keadaan penuh temboloknya ” .

Padahal arti dan maksud dari hadist tersebut bahwa pergi dan pulangnya burung itu jelas dalam rangka usaha dan kerja mencari rizki. Jika burung itu hanya duduk dan diam saja disarangnya tanpa beranjak pergi dan terbang mencari rizki tentu makanan itu tak akan mungkin datang dgn sendirinya kesarangnya.

Tawakkal Pijakan Para Nabi Dalam Berjuang Sikap tawakkal adl pegangan dan pijakan para Nabi dalam berjuang menegakan keadilan dan memperjuangkan kebenaran demi melaksanakan ajaran Allah swt. Kalimat yg selalu dikumandangkan dalam tiap menghadapi tantangan atau ancaman dari lawan atau musuh yg menteror atau mengintimidasinya ialah “Bagaimana mungkin kami tidak bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukan jalan kepada kami dan kami akan sungguh-sungguh bersabar terhadap gangguan - ganguan yg kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yg bertawakkal itu berserah diri” .

Oleh krn itu maka mempersenjatai diri utk menghadapi tiap ancaman dan tantangan yg datang dari musuh merupakan sikap tawakkal

Tetap terus melakukan shalat dalam situasi perang dgn cara - cara dan aturan tertentu yg telah digariskan agar tidak diserang pihak musuh merupakan sikap tawakkal Sikap tertap waspada tidak lalai serta siap siaga dalam menghadapi tiap kemungkinan adanya berita buruk teror atau intimidasi dari pihak -pihak yg menghendaki desintegrasi dan berkehendak utk memecah belah umat Islam merupakan sikap tawakkal .

Bahkan sikap preventif dari bahaya wabah suatu penyakit yg berbahaya dan menular dgn cara mengggalakan gerakan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan sikap tawakal. Rasulullah saw telah bersabda “Bila kamu mendengar ada suatu wabah penyakit berbahaya di suatu daerah padahal kamu sedang berada didaerah itu maka kamu jangan keluar kedaerah lain.” .

Sabda Nabi ini merupakan tonggak sejarah kesehatan yg telah dicanangkan oleh Islam sejak lima belas abad yg lalu sebelum bangsa - bangsa lain mencanangkannya. Ini suatu bukti jelas betapa Islam demikian peduli terhadap kesehatan para pemeluknya dan terhadap lingkungaannya secara keseluruhan.

Pengaruh Sikap Tawakkal Betapa sikap tawakkal ini dapat menanamkan pengaruh dan efek yg positif baik dalam pribadi maupun pihak lain pernah diceritakan oleh Prof Dr Yusuf Qardhawi dalam kitab Ats-Tsaqafah al-Arabiyah Al-Islamiyah Bainal Ashalah wal-Mu’asarah dimana diuraikan bahwa ketika beliau menghadiri suatu persidangan yg diselenggarakan oleh orang-orang muslim Italy beliau berjumpa dgn seorang Italy yg telah memeluk Islam dan menceritakan sebab-musabab masuk Islam. Ia berkata Saya pernah berjumpa seorang muslim Marocco yg sedang berjualan barang-barang kelontong dgn gerobak dorong dimusim salju. Ia pergi hilir mudik dgn menjajakan dagangannya tanpa menghiraukan udara yg dingin menusuk tulang. Orang Italy bertanya kepadanya Apa yg mendorong anda utk berjualan dalam cuaca yg sangat dingin ini ? si pedagang menjawab Untuk mencari rizki Allah. Ia bertanya lagi “Apakah rizki dari berjualan ini mencukupi” jawabnya “Alhamdulillah segala puji bagi Allah dari hasil berjualan ini sebagian saya pergunakan utk biaya hidup di Italy ini dan sebagian saya kirimkan kepada keluarga dan ayah bunda di Marocco”. Ia bertanya ” Apakah anda bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka ?” Si pedagang menjawab “Keridhaan Allah berada diatas keridhaan mereka dan memelihara silaturrahmi akan memberikan keberkatan dalam hidup “. Orang italy berkata “Ini berarti anda ridha dan suka dgn kehidupan yg sedang anda jalani”. Ia menjawab “Ya saya ridha dan menerima dan saya senantiasa terus bertawakkal kepada Allah swt semoga Dia selalu melimpahkan nik’mat karunia-Nya kepada saya”. Orang Italy bertanya lagi “Siapa yg mengajarimu semua ini” ? “Agamaku Islam yg telah mengajariku terhadap semua ini” jawabnya lugas. Orang Italy bertanya pula “Bagaimana caranya bila saya ingin mempelajari agama yg anda anut itu ?” si pedagang menjawab “Saya ini orang awam tidak berpendidikan tinggi jika anda ingin mempelajari tentang Islam kiranya anda bisa bertanya kepada pengurus mesjid disebelah sana dan bila anda mau saya bisa mengantarkannya kesana utk menemui pengurus mesjid itu”. Maka mereka berdua pergi ke Mesjid tersebut. Selang beberapa waktu kemudian orang Italy itu masuk Islam dan selanjutnya giat mempelajari ajaran -ajaran Islam dgn tekun hingga akhirnya ia menjadi aktivis dakwah yg potensial menyiarkan agama Islam dinegrinya Italy.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Diambil dari Buletin Dakwah No 50. thn XXV oleh H. Abdullah Faqih S. Penerbit - Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Perwakilan Jakarta Raya edisi Jum’at ke - 2 Desember 1998 M.

Foto

foto

Abu Nawas

Kisah Abu Nawas kali ini akan menceritakan tentang khutbah shalat Jumat yang bertopik Api Neraka.
Abu Nawas dikenal sebagai mubaligh oleh tetangga dan warga sekitarnya, dan tak jarang ada orang yang berkunjung ke rumahnya hanya sekedar bersilaturrahmi dan meminta petunjuk agar usaha yang dijalankannya berjalan lancar dan diridhai Allah SWT.

Namun satu hal pesan dari Abu Nawas ini, bahwa Abu Nawas tak bisa memberikan janji, hanya saja dirinya mengingatkan agar selalu ingat kepada Allah SWT dengan jalan bersedekah.

Hari Jumat telah tiba, Abu Nawas yang ditunjuk menjadi imam sekaligus khatib untuk memberikan ceramah pun bersiap berangkat ke masjid.
Abu Nawas segera mandi dan berpakaian rapi.
Setelah berpamitan dengan istrinya, Abu Nawas lalu melangkahkan kakinya menuju masjid.

Tak lama kemudian, terdengar suara adzan.
Umat Islam khususnya laki0laki berbondong-bondong menuju masjid dan meninggalkan segala jenis aktifitasnya.
Para warga sangat senang dan antusias sekali karena biasanya ceramah dari Abu Nawas ini sangat sesuai dengan situasi terkini.

Namun belum lama Abu Nawas berkhutbah, dilihatnya banyak para jamaah banyak yang mengantuk, bahkan ada yang tertidur.
Melihat hal itu, Abu Nawas berteriak,
"Api Api Api," ujar Abu Nawas dengan keras.
Kontan saja para jamaah terbangun kaget, menoleh kiri dan kanan mendengar teriakan Abu Nawas itu.
Sebagian malah ada yang hanya saling pandang saja.

"Dimana apinya, dimana," teriak jamaah.

Abu Nawas yang melihat para jamaah terbangun dan panik, lantas Abu Nawas meneruskan khutbahnya tanpa peduli pertanyaan para jamaah mengenai letak apinya.
"Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah," kata Abu Nawas dalam khutbahnya.

Setelah menyampaikan khutbahnya, Abu Nawas segera menutup bagian kedua khutbah dengan berdoa.
Sesaat kemudian, Abu Nawas kemudian memimpin shalat Jumat dengan khusyuk diikuti oleh para jamaah.
Para Jamaah tersadar dan masih ingat akan Api Neraka yang diucapkan oleh Abu Nawas tadi. 
sumber: http://kisahpetualanganabunawas.blogspot.com/2011/04/khutbah-jumat-abu-nawas.html